Nashiruddin al-Albani Kontradiktif di dalam
Menetapkan Status Hukum Perawi
Pada sebuah riwayat yang menjelaskan tentang
sebuah dalil tawassul, al-albani mengingkari
tentang keshahihan riwayat tersebut dengan
bersikeras menyatakan bahwa salah satu sanad
riwayat tersebut, Sa’id ibn Zaid adalah pribadi
yang cacat dan lemah.
Di dalam bukunya at-Tawassul anwaa’uhu wa
ahkaamuhu, demi untuk mengharamkan hukum
tawassul, beliau berani menghukumi Sa’id ibn Zaid
sebagai cacat dan tidak tsiqah (tidak dapat
dipercaya).
Mari kita lihat pernyataan beliau ini yang
termaktub di dalam kitab karya beliau sendiri “at-
Tawassul Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu halaman
126″
Perhatikan yang di beri tanda kotak merah pada
gambar pertama:
Aku (al-Albani) berkata: “Sanad ini dinyatakan
lemah, tidak selayaknya dijadikan hujjah/dalil
dikarenakan oleh tiga hal: Pertama, Sa’id ibn Zaid
adalah saudara Hammad ibn Zaid yang lemah.
Telah berkata al-Hafizh di dalam [[at-Taqrib]]: ‘Dia
adalah perawi jujur yang suka berhalusinasi’. Adz-
dzahabi berkata di dalam di dalam [[al-Mizaan]]:
Yahya ibn Sa’id: ‘Dia lemah’, Sa’di berkata: ‘Tidak
dapat dijadikan hujjah.’ Mereka melemahkan
hadits-haditsnya, an-Nasa’i dan yang lain berkata:
‘Dia tidak kuat.’ Dan Ahmad berkata: ‘Tidak ada
masalah dengan Sa’id ibn Zaid, sedangkan Yahya
ibn Sa’id tidak memakainya.’ “
Nah, menurut pernyataan beliau di atas, beliau
menetapkan bahwa Sa’id ibn Zaid adalah lemah
dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Namun, anehnya di kitab beliau yang lain yaitu
Irwa’ al-Ghalil jilid 5 halaman 338disebutkan
bahwasanya Sa’id ibn Zaid dinyatakan baik
sanadnya. Mari kita lihat Irwa’ al-Ghalil jilid 5
halaman 338:
Perhatikan yang di beri tanda kotak merah pada
gambar kedua:
Aku (al-Albani) berkata: “Dan ini adalah sanad
yang baik. Semua perawinya adalah orang-orang
yang terpercaya (tsiqah). Mengenai Sa’id ibn Zaid
–saudara Hammad ibn Zaid–, hadits-haditsnya
tidak turun dari darajat hasan, insya’ Alloh Ta’aala.
Dan telah berkata ibn al-Qayyim di dalam [[al-
Farusiyyah]]: ‘Dia sanad haditsnya baik’. “
Nah, saling kontradiksi bukan?
Di satu sisi beliau mengatakan Sa’id ibn Zaid
lemah sanadnya, namun di satu sisi beliau
menetapkan Sa’id ibn Zaid sebagai sanad perawi
yang tsiqah yang derajat hadits-haditsnya tidak
turun dari derajat hasan.
Kesimpulannya adalah, al-Albani pada saat
memerlukan dalil-dalil untuk mengharamkan
amalan tawassul beliau dengan beraninya
mendhaifkan Sa’id ibn Zaid. Namun, di tempat
lain ketika al-Albani memerlukan hadits Sa’id ibn
Zaid sebagai pendukung dalilnya, maka beliau
menyatakan bahwa Sa’id ibn Zaid adalah orang
jujur, terpercaya, dan sanadnya tidak turun dari
derajat hasan.
Semoga bermanfaat.
Di sadur dari Web Jundu Muhammad
http://
jundumuhammad.wordpress.com/2011/09/04/
nashiruddin-al-albani-kontradiktif-di-dalam-
menetapkan-status-hukum-perawi/
Menetapkan Status Hukum Perawi
Pada sebuah riwayat yang menjelaskan tentang
sebuah dalil tawassul, al-albani mengingkari
tentang keshahihan riwayat tersebut dengan
bersikeras menyatakan bahwa salah satu sanad
riwayat tersebut, Sa’id ibn Zaid adalah pribadi
yang cacat dan lemah.
Di dalam bukunya at-Tawassul anwaa’uhu wa
ahkaamuhu, demi untuk mengharamkan hukum
tawassul, beliau berani menghukumi Sa’id ibn Zaid
sebagai cacat dan tidak tsiqah (tidak dapat
dipercaya).
Mari kita lihat pernyataan beliau ini yang
termaktub di dalam kitab karya beliau sendiri “at-
Tawassul Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu halaman
126″
Perhatikan yang di beri tanda kotak merah pada
gambar pertama:
Aku (al-Albani) berkata: “Sanad ini dinyatakan
lemah, tidak selayaknya dijadikan hujjah/dalil
dikarenakan oleh tiga hal: Pertama, Sa’id ibn Zaid
adalah saudara Hammad ibn Zaid yang lemah.
Telah berkata al-Hafizh di dalam [[at-Taqrib]]: ‘Dia
adalah perawi jujur yang suka berhalusinasi’. Adz-
dzahabi berkata di dalam di dalam [[al-Mizaan]]:
Yahya ibn Sa’id: ‘Dia lemah’, Sa’di berkata: ‘Tidak
dapat dijadikan hujjah.’ Mereka melemahkan
hadits-haditsnya, an-Nasa’i dan yang lain berkata:
‘Dia tidak kuat.’ Dan Ahmad berkata: ‘Tidak ada
masalah dengan Sa’id ibn Zaid, sedangkan Yahya
ibn Sa’id tidak memakainya.’ “
Nah, menurut pernyataan beliau di atas, beliau
menetapkan bahwa Sa’id ibn Zaid adalah lemah
dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Namun, anehnya di kitab beliau yang lain yaitu
Irwa’ al-Ghalil jilid 5 halaman 338disebutkan
bahwasanya Sa’id ibn Zaid dinyatakan baik
sanadnya. Mari kita lihat Irwa’ al-Ghalil jilid 5
halaman 338:
Perhatikan yang di beri tanda kotak merah pada
gambar kedua:
Aku (al-Albani) berkata: “Dan ini adalah sanad
yang baik. Semua perawinya adalah orang-orang
yang terpercaya (tsiqah). Mengenai Sa’id ibn Zaid
–saudara Hammad ibn Zaid–, hadits-haditsnya
tidak turun dari darajat hasan, insya’ Alloh Ta’aala.
Dan telah berkata ibn al-Qayyim di dalam [[al-
Farusiyyah]]: ‘Dia sanad haditsnya baik’. “
Nah, saling kontradiksi bukan?
Di satu sisi beliau mengatakan Sa’id ibn Zaid
lemah sanadnya, namun di satu sisi beliau
menetapkan Sa’id ibn Zaid sebagai sanad perawi
yang tsiqah yang derajat hadits-haditsnya tidak
turun dari derajat hasan.
Kesimpulannya adalah, al-Albani pada saat
memerlukan dalil-dalil untuk mengharamkan
amalan tawassul beliau dengan beraninya
mendhaifkan Sa’id ibn Zaid. Namun, di tempat
lain ketika al-Albani memerlukan hadits Sa’id ibn
Zaid sebagai pendukung dalilnya, maka beliau
menyatakan bahwa Sa’id ibn Zaid adalah orang
jujur, terpercaya, dan sanadnya tidak turun dari
derajat hasan.
Semoga bermanfaat.
Di sadur dari Web Jundu Muhammad
http://
jundumuhammad.wordpress.com/2011/09/04/
nashiruddin-al-albani-kontradiktif-di-dalam-
menetapkan-status-hukum-perawi/