THORIQOH MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH TA'ALA
oleh Imam Nawawi pada 01 Juni 2011 jam 4:44
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Tema Utama Untuk mencapai tingkat kesufian, ada tahapan yang harus dilalui dalam Maqamat dan Ahwal. Pada dasarnya setiap manusia memiliki keinginan, seperti makan, berpakaian, berumah tangga, menikah, sekolah, bekerja, berbuat baik, berbuat jahat, beribadah kepada Allah, marah, emosi, dan sedih. Keinginan inilah yang dinamakan dengan nafsu.Dan, nafsu-nafsu atau keinginan tersebut ada dalam diri setiap manusia. Bahkan, setidaknya ada tujuh jenis nafsu yang senantiasa bersemayam dalam hati manusia. Ketujuh nafsu itu adalah nafsu amarah, lawwamah, sawwalah, mulhamah, muthmainnah, radliyah, dan mardliyyah.
Nafsu Amarah adalah nafsu yang mendorong manusia untuk melakukan dosa dan kejahatan (QS Yusuf : 53),
Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang sering menyesali (QS Al-Qiyamah : 2),
Nafsu Sawwalah adalah keinginan atau nafsu yang sering kali menggambarkan sesuatu kemaksiatan atau kejahatan menjadi indah dalam pandangan dan khayalan (QS Yusuf : 83),
Nafsu Mulhamah adalah nafsu yang mendorong tingkah laku untuk berbuat durhaka dan takwa (QS Asy-Syams : 7-8),
Nafsu Muthmainnah yaitu jiwa yang tenang (QS Al-Fajr : 27),
Nafsu Radliyah ialah rasa puas (QS Al-Fajr :28), dan
Nafsu Mardliyyah ialah yang diridai (QS Al-Fajr : 28).
Dari ketujuh nafsu tersebut, ada tiga besar jenis nafsu, yakni Amarah, Lawwamah, dan Muthmainnah. Dan dari ketiga besar jenis nafsu itu, semuanya memiliki kekuatan yang sama besar dalam mendorong tingkah laku manusia. Bila Amarah yang berkuasa, ia akan cenderung berbuat jahat. Namun, bila Lawwamah yang menguasainya, dia akan menyesalinya. Dan bila Nafsu Muthmainnah yang memeluknya, jiwanya akan senantiasa tenang dan memiliki keinginan yang kuat mendekatkan diri kepada Allah. ''Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan rasa puas dan diridai. Dan masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku .'' (Al-Fajr : 27-30).
Dari sini, tampak jelas bahwa sesungguhnya dalam diri manusia itu--secara kodrati--terdapat hasrat dan keinginan untuk bertemu dengan tuhannya dan dekat dengan Sang Penciptanya.''Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya.'' (QS Qaaf : 16).''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku.'' (QS Al-Baqarah : 186).
Thoriqoh untuk mendekati Allah, Sang Pencipta Jagat Raya ini, telah mengajarkan dan menunjukkan jalan kepada manusia untuk melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.''(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah perbuatan mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.'' (QS Al-Hajj :41). Sebab, shalat itu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar (QS Al-Ankabut :45). Dan manusia, khususnya orang yang beriman, diperintah untuk berzikir (mengingat Allah) sebanyak-banyaknya (QS Al-Ahzab :41).Shalat merupakan bentuk pengabdian seorang hamba pada yang menciptakan, dan menunaikan zakat sebagai wujud kepedulian kepada sesama. Begitu juga dengan berhaji yang merupakan wujud perjalanan spiritual mencapai ridla Allah. Sedangkan berpuasa adalah bentuk pengendalian diri dari keinginan hawa nafsu.Inilah makna terdalam perjalanan spiritual seorang hamba dalam istilah kaum sufi, yaitu orang-orang yang berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan jalan mengendalikan diri dari keinginan hawa nafsunya, dan melazimkan zikir (ingat Allah).
Alhamdulillaahirobbil'aalamiin