munzir
| Re:Imam Asy'ari - 2006/10/09 14:02Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Cahaya Nuzululqur'an semoga menaungi hari hari anda,
1. mengenai penceramah itu barangkali salah baca buku, karena Imam Asy'ariy tidak meringkas asmaul husna dari 99 menjadi 20, namun beliau memulai pelajaran dasar Tauhid dengan 20 sifat Allah, bukan diambil dari Asmaulhusna, tapi dari sifat sifat Allah swt yg dapat lebih mendekatkan kita dari memahami Allah, misalnya Wujud, Qidam, Baqa, dll itu semua bukan meringkas asmaulhusna, hanya penceramah itu saja yg salah baca buku atau memang dangkal pemahamannya.
tobat sebelum wafat dari hal itu?, lucu sekali, karena Bimbingan Imam Asy'ariy itu diakui sebagai bimbingan termurni dan dipakai oleh ratusan Imam dan Muhadditsin, hanya sempalan abad ke 20 saja yg mengingkarinya karena kebodohan mereka.
2. mengenai mendoakan orang non muslim boleh boleh saja bila dg maksud agar ia tertarik pada islam.
3. mengenai kertas hadits itu saya mempunyai niat agar hadirin sedikit demi sedikit belajar memuliakan kalimat Allah dan Rasul Nya, walaupun belum berhasil 100%, namun paling tidak, ratusan orang sudah mulai mengerti menjaga hal itu, walaupun masih belum keseluruhannya.
4. Mengenai buku rujukan hadits memang kita menggunakan rujukan hadits, pertama adalah Mukhtarulhadits, yaitu hadits hadits pilihan yg dikumpulkan oleh guru saya, lalu kita meneruskan ke Arba'in Nawawiy, dan semuanya sudah selesai dan kini kita merujuk kepada Shahih Bukhari, maksud saya adalah hadits disesuaikan dengan keadaan dan situasi yg perlu dibahas, tidak bisa lagi menurut suatu rujukan dari satu kitab, mengingat hadirin sudah semakin banyak, dan posisi majelis kita bukan lagi majelis taklim pd umumnya, tapi Majelis Besar yg nberkumpul padanya shalih dan Fasiq, ulama, ustaz, karyawan, mahasiswa, pendosa, pezina, dan masih banyak lagi, maka saya harus menyesuaikan dengan keadaan dengan memilih milih hadits yg perlu dibahasa secara tidak berurutan tentunya.
5. Insya Allah akan kami tampilkan.
terimakasih atas saran sarannya wahai saudaraku,
wallahu a'lam |