Sabtu, 28 Agustus 2010

Dalil Bertawasul Dengan Orang yang Mati Dan Belum Lahir

Dalil Bertawasul Dengan Orang yang Mati Dan Belum Lahir

Nabi Adam Bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW. Sebelum Nabi Muhammad Lahir
Umar ra. berkata bahwa baginda Rasulullah SAW berkata :
“Tatkala Nabi Adam a.s. telah berbuat kesalahan (yang dengan sebab itu nabi Adam a.s. telah dihantar dari sorga ke dunia ini maka baginda a.s. senantiasa berdoa dan beristighfar sambil menangis-nangis). Sekali beliau mengangkat kepalanya ke langit dan memohon :
“Ya Allah aku memohon (keampunan) kepada Engkau dengan berkat Muhammad SAW “
Maka Allah SWT mewahyukan kepadanya : “Siapakah Muhammad SAW ini, yang engkau memohon keampunan dengan berkatnya?
Baginda a.s menjawab : Ketika Engkau jadikan aku, maka sekali daku melihat ke ‘arsymu dan terpandang tulisan Laa ilaha illallahu Muhammadurrasuulullahi (Tidak ada tuhan yang berhaq disembah melainkan Allah – Nabi Muhammad SAW adalah Utusan Allah). Maka aku yakin bahwa tiada siapa pun yang lebih tinggi darinya disisiMu yang namanya Engkau letakan bersama Nama Mu”.
Lantas Allah mewahyukan kepada baginda a.s. : ” Wahai Adam, sesungguhnya dia adalah Nabi Akhir zaman dari keturunanmu. Sekiranya dia tidak ada maka pasti aku tidak akan menciptakanmu”
(Dikeluarkan dari Thabrani dalam Jami’ushaghir dan juga Hakim dan Abu Nu’aim dan Baihaqi keduanya dalam dalam kitab ad-dalail).
Keterangan :
Pada masa itu apa dan dengan cara bagaimanakah baginda Adam as memohon keampunan kepada Allah SWT tentang hal ini didapati berbagai macam riwayat tetapi tidak ada perselisihan dalam riwayat tersebut.
Ibnu Abbas ra berkata bahwa Nabi Adam as pernah menangis yang jika tangisan seluruh manusia dikumpulkan maka tidak akan menyamai tangisan Adam as. Sehingga baginda tidak mengangkat kepalanya ke langit.
Didalam sebuah hadits diterangkan : “Andaikata titisan airmata nabi Adam as ditimbang dengan titisan airmata seluruh anak cucunya. Maka titisan air mata beliaulah yang akan memberati.”
Maka dalam keadaan yang sedemikian itu bagaimana baginda bermunajat dan memohon pengampunan itu tidak mungkin diduga oleh manusia biasa. Oleh itu tentang cara-cara mengenai memohon keampunan yang diterangkan dalam hadits diatas tidaklah terdapat kesukaran apapun. Salah satunya adalah memohon keampunan dengan bekat baginda SAW dan tertulisnya kalimah “laa ilah illallah Muhammadurrasulullah” di Arsy juga disebutkan dalam hadits yang lain.
Baginda SAW bersabda :
Saat aku memasuki syurga (pada malam mi’raj) aku melihat kedua belah pintu surga tertulis 3 baris kalimat.
Kalimat Pertama :
Laa ilaha illallahu Muhammadurrasuulullahi
(Tidak ada tuhan yang berhaq disembah melainkan Allah – Nabi Muhammad SAW adalah Utusan Allah)
Kalimat kedua :
maa qaddamnaa wajadnaa wamaa akalnaa rabihnaa wamaa khalafnaa khasarnaa
“Apa-apa yang telah kami hantar kemuka (sedekah dsb) telah diterima. Apa-apa yang telah kami makan (didunia) telanh menguntungkan kami. Dan apa-apa yang kami tinggalkan (didunia) telah merugikan kami
Kalimat ketiga :
“ummatummadznibatun warabbun ghafuurun”
“Umat adalah pendosa dan Tuhan pengampun”
(Fadhilat Dzikir, Hadits 28)
____________________________
Jadi telah jelas bahwa Nabi Adam bertawasul dengan nabi Muhammad SAW sebelum nabi dilahirkan karena ketinggian derajat Nabi Muhammad SAW dan Nama Nabi MUhammad Tertulis di ‘Arsy.
Jadi saat rasulullah belum dilahirkan, saat rasulullah hidup maupun saat rasulullah sudah wafat….maka dibolehkan bertawasul dengan keberkatan Nabi SAW.(karena ketinggian derajat Nabi Muhammad SAW dan Nama Nabi MUhammad Tertulis di ‘Arsy).
___________________________